Senin, 06 April 2009

Partai Kerajaan

Pokoknya saya mau menulis politik selama pemilu ini. Pemilu tinggal sebentar lagi, tetapi saya tetap tidak menemukan partai yang mampu menjalankan fungsi yang seharusnya. Coba anda lihat partai-partai yang ikut pemilu kali ini, semuanya mempunyai ideologi yang sama: nasionalis-religius atau religius-nasionalis. Menurut saya itu tidak penting, mau agamis atau nasionalis karena ideologi partai-partai itu sebenarnya kekuasaan. Walaupun Indonesia telah mengalami demokrasi, tetapi sebenarnya justru partailah yang tidak demokrasi. Menurut anda bagaimana?
Coba anda lihat PDI-P, partai paling feodal di Indonesia Ratunya Megawati, Pembina Partai suaminya sendiri, lalu putri mahkotanya Puan maharani. Mau demokrasi bagaimana karena yang duduk di pimpinan pusat ya, yang dekat dengan itu-itu saja. Lihat, Golkar, sebenarnya inilah partai yang mempunyai kaderisasi yang bagus. Akan tetapi, JK memberlakukan partai ini sebagai perusahaan. Mentang-mentang ia ketua umum, merasa sahamnya paling besar, dia menghapus konvensi, dimana demokrasinya Pak JK. Demokrat sama saja dengan kedua partai tersebut. SBY sebagai dewanya Demokrat terlalu suci. Lihat para kader demokrat, kalau mereka ngomong, dijaim-jaimin seperti SBY. Kalau tidak ada kritik buat pimpinan, mana demokrasinya.
Lalu Partai-partai lain bagaimana? sama saja, partai-partai lain menjadi protektoratnya ketiga partai tersebut yang penting bisa dapat jatah menteri. Partai-partai lain cuma berusaha agar tidak terdegradasi. Mau memperjuangkan kepentingan rakyat bagaimana?kalau cuma ingin jatah menteri. Apalagi partai-partai teri, paling-paling mereka di jemur biar awet. Partai seharusnya menjalankan fungsinya merekrut kader-kader terbaik bangsa demi munculnya seorang pemimpin bangsa. Tapi kalau yang direkrut itu anaknya, suaminya, bapaknya, atau artis-artis terkenal nanti presidenya Tukul saja soalnya rakyat selalu tertawa lupa kalau miskin dan bodoh. Partai juga seharusnya melakukan kompetisi diantara kadernya, tetapi mana ada kompetisi kalau yang pintar menjilat yang akan menang.
Repot memang kalau sistem tidak jelas begini. Jadinya, banyak bintang-bintang iklan dadakan di jalan-jalan yang iklannya dalam sejarah mengalahkan iklan rokok dan operator seluler. Berapa jumlah uang yang mereka belanjakan untuk pemilu kali ini, mungkin bisa buat beli krupuk untuk memenuhi alun-alun. Kalau begini jadinya, siapapun yang menang nanti pokoknya masa depan jelas sengsara. Seperti slogan demokrat "mari kita dukung terus, lanjutkan yang miskin, yang nganggur, yang bodoh, dan yang lain-lain.

Tidak ada komentar: