Tanggal 9 April Indonesia akan mengalami hajatan politik atau kondangan politik mungkin juga bisa disebut hura-hura politik. Saya sebut hura-hura karena memang kita sedang hura-hura yang tidak berguna. Setelah hura-hura itu selesai, yaaaa kita susah lagi. Demokrasi artinya kekuasaan rakyat. Seharusnya rakyat mempunyai kekuatan untuk menunjuk pemimpinnya. Akan tetapi, sebenarnya yang terjadi rakyat hanya disuruh memilih bukan menentukan pilihan. Saya sebut saja demokrasi kita atas dasar kesepakatan musyawarah mufakat. Atau mungkin bagi hasil. Coba anda lihat iklan partai politik di televisi, semua saling klaim keberhasilan. Baru swasembada beras saja sudah tiga partai ikut nimbrung. Maka yang bingung, yaaaa yang sok oposisi coba-coba klaim BLT. Maka kalau ada kegagalan, rakyat yang disalahkan. Pemilu Indonesia juga butuh EO seperti KPU yang menghamburka uang negara. Pokoknya siapapun yang menang nanti, semua kebagian. Pemilu seharusnya menjadi proses seleksi kepemipinan oleh rakyat agar rakyat dapat menentukan pilihannya, yaitu menuju Indonesia yang sejahtera. Akan tetapi, sampai saat ini capresnya saja belum pasti. Mau jadi pemimpin harus pandai tawar menawar agar tidak rugi dan balik modal. Yang tidak bisa tawar-menawar yaaa ikut-ikutan koalisi, kali-kali aja dapat menteri. Lalu dimanakah kekuasaan rakyat yang sebenarnya? Mau golput aja juga susah, takut dosa karena Haram. Lha ngrokok aja yang merugikan kesehatan tidak haram. Kalau begini terus mungkin bisa gila saya. Semoga anda tidak ikutan democrazy Indonesia ajang dagelannya politik Indonesia.
Jumat, 03 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar